Tugas Akhir
Penentuan mass absorption coefficient black carbon pada berbagai panjang gelombang untuk identifikasi sumber pencemar
ABSTRAK Black Carbon (BC) adalah bentuk impuritas karbon hasil pembakaran yang tidak sempurna. Konsentrasi BC umumnya (10-40) % berasal dari partikulat udara halus yang berukuran kurang dari 2,5 µm (PM2.5). Penentuan BC yang sudah dilakukan oleh Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) menggunakan filter berbahan polikarbonat yang berdiameter 47 mm, dengan metode reflektansi cahaya. Cahaya yang direfleksikan tidak akan sama dengan cahaya yang dipancarkan karena cahaya yang direfleksikan bergantung dari serapan cahaya pada filter sampel yang berupa konsentrasi dari partikel, densitas (massa jenis), refraksi (pembiasan cahaya), dan ukuran partikel debu, sehingga dapat di pastikan bahwa keakuratan hasil penentuan BC sangat bergantung pada Mass Absorption Coefficient (ε) yang merupakan fungsi kuat dari ukuran dan densitas partikel penyerap cahaya. Kontribusi BC berasal dari berbagai sumber seperti pembakaran biomassa dan kendaraan bermotor, sehingga diperlukan pengukuran transmisi cahaya dengan beberapa panjang gelombang yang diharapkan dapat memperoleh nilai karakteristik ε dari berbagai macam sumber yang lebih spesifik. Hasil penentuan nilai rerata akumulasi BC diudara pada kota Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Palangkaraya, dan Pekanbaru sebesar 29,51, 20,65, 21,06, 12,17, dan 16,85 %. Tingginya nilai BC diudara masih didominasi oleh kota Jakarta yang berada pada 29,51 % dan nilai terendah BC diudara berada pada kota Palangkaraya sebesar 12,17 %. rn rnKata kunci: Black Carbon, Mass Absorption Coefficient, panjang gelombang rnABSTRACT Black Carbon (BC) is a form of impurity of carbon resulted from incomplete combustion. BC concentrations are generally (10-40) % derived from fine air particulates which are smaller than 2.5 µm (PM2.5). The BC determination that has been carried out by the Center for Applied Nuclear Science and Technology (PSTNT) uses polycarbonate filters with a diameter of 47 mm, with a light reflectance method. The reflected light will not be the same as the light emitted because the light reflected depends on the absorption of light in the sample filter in the form of concentrations of particles, density, refraction (light refraction), and size of dust particles, so that accuracy can be ensured the result of determination of BC is very dependent on Mass Absorption Coefficient (ε) which is a strong function of the size and density of light absorbing particles. BC contribution comes from various sources such as biomass combustion and vehicles, so it is necessary to measure light transmission with several wavelengths that are expected to obtain characteristic values ε from a variety of more specific sources. determination outcome of average value of accumulated BC in the air in Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Palangkaraya, and Pekanbaru is 29.51, 20.65, 21.06, 12.17, and 16.85 %. The high value of BC in the air is still dominated in the city of Jakarta which is at 29.51 % and the lowest value of BC in the air is in the city of Palangkaraya is 12.17 %. rn rnKeywords: Black Carbon, Mass Absorption Coefficient, wavelengths rn rn
S19-0168 | 34/TA/K/19 541.183 DJO p | Perpustakaan Poltek Nuklir (500) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain