Tugas Akhir
Analisis ketidaksetimbangan radioisotop uranium di daerah Mamuju, Sulawesi Barat dengan ICP-MS
Sampel yang digunakan berdasarkan tipe endapan dari beberapa lokasi di Mamuju, yaitu sub-tipe stratabound, structurebound dan laterit. Penelitian awal antara gamma spektrometer dari data logging di lapangan dan XRF di laboratorium memiliki tingkat korelasi yang rendah. Hasil korelasi Spearman Rank menunjukan bahwa kedua metode memiliki tingkat koefisien korelasi yang tidak cukup kuat dan tidak ada hubungan yang signifikan. Salah satu penyebabnya dikarenakan adanya ketidaksetimbangan anak luruh (234U) dan induk (238U) akibat proses oksidasi dan fenomena alpha recoil yang menyebabkan mobilisasi uranium. Metode pengukuran yang digunakan untuk menganalisis rasio 234U/238U dengan menggunakan ICP-MS. Proses pelarutan dan pemisahan uranium menjadi proses yang penting untuk meningkatkan keefektifan pengukuran. Pada proses ini ditambahkan sampel tanah standar RS-357 (IAEA) dan tracer 236U sebagai perunut radionuklida. Proses pelarutan menggunakan microwave digestion dengan beberapa variasi perbandingan pelarut asam kuat agar terurai menjadi bentuk ion. Perbandingan pelarut asam yang baik yaitu HNO3:HCl:HF:HClO4 = 6:2:1:1. Proses selanjutnya yaitu pemisahan uranium dengan cara dilewatkan dalam kolom berisi resin UTEVA dengan variasi laju alir tertentu. Diamyl, amylphosphonate (DAAP) dalam resin UTEVA akan memberikan kompleks nitrato dengan unsur aktinida dengan cara didorong oleh penambahan konsentrasi nitrat. Sehingga, Resin UTEVA memiliki selektivitas yang tinggi untuk menahan uranium, sedangkan untuk pengotor lainnya akan dilepaskan dari resin. Untuk melepaskan ikatan uranium dari resin dengan cara dielusi menggunakan asam klorida dengan berbagai variasi konsentrasi. Konsentrasi optimum dari larutan pengelusi yaitu pada 1 M HCl sedangkan laju alir optimum pada 1 mL/menit. Dari beberapa variasi yang digunakan didapatkan chemical recovery sekitar 90-96%. Hasil analisis rasio kesetimbangan 234U/238U dapat memprediksi bahwa pembentukan mineral masing-masing sub-tipe endapan tergantung pada saat proses terbentuk maupun pasca terbentuk mineral serta adanya gangguan yang mempengaruhinya. Berdasarkan perhitungan geokronologi seri 238U-234U, umur mineralisasi di Mamuju berkisar 0,914 – 1,11 juta tahun atau masih tergolong endapan muda.
Kata kunci : 238U, 234U, ketidaksetimbangan, radioaktivitas
S20-0288 | 24/TA/H/20 539.16 ILS a | Perpustakaan Poltek Nuklir | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain